Ayah,,
terlalu hebat sosoknya hanya untuk 4 kata itu
diatas kesadaranku
kudapati pengorbanannya untuk hidupku
Bukan istanan tempatku berlindung saat ini
hanya sebuah bangunan sederhana
tak ingat lagi seberapa lama
hingga aku dan mereka bisa berlindung dalamnya
Tetapi, yang kuingat adalah
setiap susunan batunya
hampir sama dengan tiap tetesan keringat
Ayahku
Bagiku impianku terlalu tinggi untuk ia percayai
walau mustahil melihatnya dari materi
bukan mustahil jika kudapati
ia mengorbankan jiwa raganya
hanya untuk memakaikanku seragam pendidikan
Ia selalu mengalah
mengalah hanya mengedepankanku
Tetapi, ditengah bahaya
ia selalu didepan
seperti tak perduli nyawanya
yang ia mau hanya melindungiku
Kupikir ayahku tak pernah
berkenalan dengan kata lelah
tak pernah akrab
dengan kata umur
sebab, yang ia tahu
apalagi yang harus ia lakukan
untukku, untuk wanita yang melahirkanku
dan kakakku
Terlalu lama untuk aku tahu
ia yang selalu menangis tersembunyi
melihat kami dihalangi
materi untuk mencapai impian
terlalu lama bagiku
sampai menydari amarahnya
sebab terlalu menyayangiku
Betapa ku marah mengajarnya
berulah kali memamakai teknologi
ttetapi, betap ia tabah
mengajariku setiap hal
hal sekecil apapun
tak akan membiarkanku gagal
Aku pernah menangis sebab amarahnya
Tapi aku sudah tak bisa menghitung lagi
berapa kaliayah mengeluarkan air mata
untuk setiap penyesalan dan kekecewaannya padaku.
Ayahku,
aku tak tahu bagaimana membalas pengorbananmu
sebab yang kutahu
seberapa yang ku berikan
tak pernah sebanding dengan apa yang ia berikan.