“Saat kita khawatir kita sedang membatasi pekerjaan Tuhan dalam hidup kita. Saat kita khawatir kita bahkan ingin membuat doa itu seakan-akan mengabulkan keinginan kita bukan kebutuhan kita, yang sebenarnya di kehendaki Tuhan. Tuhan bersabda dalam Matius 6 : 25 – 34 janganlah khawatir....
Kalau Hari Minggu ini kamu duduk dalam tempat ini, itu bukan semata-mata karena kamu mau, tetapi Tuhan bekerja untuk mendatangkan kamu ke tempat ini untuk mendengarkan firmanNya - Pengkhotbah”
Kalau Hari Minggu ini kamu duduk dalam tempat ini, itu bukan semata-mata karena kamu mau, tetapi Tuhan bekerja untuk mendatangkan kamu ke tempat ini untuk mendengarkan firmanNya - Pengkhotbah”
Sebagai orang baru di suatu kota, Hari
Minggu kemarin aku menghadiri sebuah ibadah Minggu di dekat tempat kediamanku.
Kata-kata yang kudengar dari perkataan pengkhotbah itu menimbulkan banyak
pertanyaan di benakku. Apa benar langkahku yang tidak sengaja ke tempat ini
dikehendaki Tuhan? Bukankah ini hanya kebetulan karena aku mendapati gedung
gereja ini tak jauh dari tempat kediamanku?
Kebiasaan
untuk menghubungkan kehidupanku dengan tema yang biasa kudengar di dalam ibadah
semakin membuatku ragu. Sepertinya Tuhan tidak menghendakiku kesini. Buktinya
khotbahnya tidak menyinggungku sama sekali. Sebab saat ini aku sedang tidak
mengkhawatirkan sesuatu hal. Aku hanya menunggu dan mempersiapkan diri untuk
besok tes kesehatan di tempatku melamar pekerjaan. Malah khotbah yang
kubutuhkan sekarang ialah janji Tuhan kepada anakNya termasuk dalam hal
pekerjaan. Namun karena kuanggap sudah duduk dalam gedung ibadah, telingaku
tetap kusendengkan ke arah pengkhotbah.
***
Tanpa ragu kulangkahkan kakiku
bersama empat orang temanku untuk pergi medical check up. Seperti biasa
pemeriksaan meliputi fisik, mata, darah, thoraks, dan urine. Walaupun hari itu
tes urineku belum dilaksanakan karena sedang mendapat tamu bulanan, aku tidak
khawatir sama sekali. Satu yang aku pegang bahwa Sang Penciptaku sudah menolongku sedari hari pertama di kota perantauan ini.
((Dari susahnya meninggalkan rumah
hingga akhirnya dibuat terbiasa dengan kehidupan yang sesungguhnya. Dari
sulitnya memenuhi kebutuhan sehari-hari hingga akhirnya dibuat Tuhan menjadi
terpenuhi. Dari sulitnya hidup sendiri sampai Tuhan menghadirkan orang-orang
yang berarti di kehidupan kami. Dari tes kerja pertama hingga sekarang tes
terakhir, maka tidak ada alasan bagiku untuk berhenti menyerahkan diri
kepadaNya.))
Sudah tiga hari berlalu sejak tes
terakhir dilaksanakan. Satu persatu temanku mendapat panggilan kerja yang akan dimulai
enam hari ke depan. Handphoneku saja yang tidak berdering, sebab belum
menuntaskan tes kesehatan sebagai prasyarat. Sore di akhir Bulan Februari itu
menjadi awal mula kegelisahanku.
Setelah berpikir enam hari tidak akan mampu mengusir tamu bulananku, kekhawatiranku semakin menjadi. Bagaimana jika aku tidak diterima bekerja karena belum bisa tes urine? Bagaimana jika panggilan kerjaku ditunda sampai bulan depan? Aku harus mencari kerja dimana? Dengan siapa? Sementara kota ini sangat asing bagiku. Apalagi keempat orang yang kutemani merantau sudah sibuk mengurus persiapan masuk kerja. Tuhan aku harus bagaimana? Itu saja yang kupikirkan dalam kekhwatiranku. Seketika itu pula aku teringat isi khotbah Minggu kemarin. Aku sadar, ini yang Tuhan ingin nyatakan dalam kehidupanku. Dan yang terjadi aku benar-benar membatasi pekerjaan Tuhan karena kekhawatiran tidak dapat diterima bekerja di tempat yang sangat kuharapkan.
Setelah berpikir enam hari tidak akan mampu mengusir tamu bulananku, kekhawatiranku semakin menjadi. Bagaimana jika aku tidak diterima bekerja karena belum bisa tes urine? Bagaimana jika panggilan kerjaku ditunda sampai bulan depan? Aku harus mencari kerja dimana? Dengan siapa? Sementara kota ini sangat asing bagiku. Apalagi keempat orang yang kutemani merantau sudah sibuk mengurus persiapan masuk kerja. Tuhan aku harus bagaimana? Itu saja yang kupikirkan dalam kekhwatiranku. Seketika itu pula aku teringat isi khotbah Minggu kemarin. Aku sadar, ini yang Tuhan ingin nyatakan dalam kehidupanku. Dan yang terjadi aku benar-benar membatasi pekerjaan Tuhan karena kekhawatiran tidak dapat diterima bekerja di tempat yang sangat kuharapkan.
Malam ini mungkin aku akan membuat
orang tuaku yang jauh di sana tidak bisa tidur. Aku terus mengeraskan hatiku
untuk tidak goyah dan terus berpengharapan. Ini belum selesai sebab masih ada
enam hari ke depan. Sambil terus bercakap dengan Tuhan aku menanyai semua
temanku yang berprofesi bidan mengenai konsumsi yang mampu mempercepat perginya
tamu bulanan. Namun hal alami ini memang tidak mampu untuk diperintah berhenti.
Aku tahu semua ini terjadi karena kehendak Tuhan. Tidak ada sesuatu yang terjadi
kebetulan sebab pena kehidupan Tuhan yang punya. Aku tahu dalam kondisi
terberat disitulah Trust dan Surrender yang sesungguhnya.
Sampai satu hari berlalu dan belum
ada panggilan bekerja, aku mencoba bersyukur dan melihat lurus apa yang Tuhan
mau dikehidupanku. Mungkin menurut orang ini hal sepele. Mungkin lucu.
Tapi bagiku as fresh graduate ini
cobaan terbesar di dalam pengharapanku selama enam bulan menanti sebuah
pekerjaan. Dari ketegangan itu aku mencoba merelakan. Merelakan walau
sebenarnya sedang meminum Vitamin C, rebusan kunyit, air putih segalon,
olahraga, bahkan makan buah dan sayur untuk mempercepat tamu bulanan ini
hehehe.
Pada akhirnya aku baru menyadari
pekerjaan Tuhan. Dua hari berikutnya “aku
dipanggil masuk bekerja bersama dengan temanku yang lain”. Kadang manusia hanya
melihat hasil padahal sebenarnya Tuhan mau kita terbentuk dari proses.
Bagaimana kita menaruh kekhawatiran di tempat yang tepat sehingga pengharapan
dan keyakinan lebih besar dari kegelisahan itu. Aku bersyukur dari lima orang
yang tidur bersama di kamar kos yang sama ini Tuhan mengambilku untuk belajar
dari setiap kesulitan yang Ia izinkan terjadi untuk mendewasakan iman.
***
“Kejadian 18 : 1-15 , Bapak Abraham mampu setia
selama 24 tahun menanti penggenapan janji Tuhan kuncinya hanya satu Kepekaannya
pada Persekutuan dengan Allah. Saat kita peka terhadap kehadiran, kemauan, dan
suara Allah maka kita tidak akan pernah ragu untuk jawaban dari janji Tuhan
karena kita tahu ia terus bekerja untuk mendatangkan kebaikan dalam hidup
anakNya.....
Waktu Tuhan membuat kita bertumbuh dalam hal spiritualitas coba dinikmati dan jangan terlalu tegang menghadapi hidup. Kadang Tuhan membuat hal sederhana untuk menjadi pelajaran yang luar biasa dalam hidup manusia, kita hanya perlu Peka terhadap apa yang Tuhan lakukan dalam kehidupan kita." - Pengkhotbah
Waktu Tuhan membuat kita bertumbuh dalam hal spiritualitas coba dinikmati dan jangan terlalu tegang menghadapi hidup. Kadang Tuhan membuat hal sederhana untuk menjadi pelajaran yang luar biasa dalam hidup manusia, kita hanya perlu Peka terhadap apa yang Tuhan lakukan dalam kehidupan kita." - Pengkhotbah
Seolah merasakan indahnya keragaman pelayanan dalam satu tubuh Kristus,
hari Minggu berikutnya aku pergi lagi beribadah di tempat ibadah yang berbeda.
Ada perkataan Tuhan lagi yang disampaikan padaku, setelah khotbah kekhawatiran
sanggup meneguhkanku seminggu kemarin. Rasanya seperti benar-benar Allah
menilik sampai ke dalam hatiku. Ini menjadi alasan terbesar aku menulis tentang
ini. Bagaimana Tuhan berbicara padaku melalui semua media yang Ia izinkan aku
temui.
Pada akhirnya aku menyadari sudah belajar mengenai sesuatu yang luar biasa dari hal sederhana yang Tuhan izinkan terjadi dalam hidupku dan benar ini nyata! Jangan sepelekan hal yang sederhana, sebab hati yang peka mampu mengajarkan kita hal bernilai yang sulit kita dapati jika bukan berasal dari Allah dan diri kita sendiri.
Pada akhirnya aku menyadari sudah belajar mengenai sesuatu yang luar biasa dari hal sederhana yang Tuhan izinkan terjadi dalam hidupku dan benar ini nyata! Jangan sepelekan hal yang sederhana, sebab hati yang peka mampu mengajarkan kita hal bernilai yang sulit kita dapati jika bukan berasal dari Allah dan diri kita sendiri.
Sekalipun Allah tidak pernah berhenti bekerja dalam kehidupan kita,
mungkin kita saja yang kadang berhenti berpengharapan hingga lupa jalan untuk
menuju ketenangan. Jikalau semua hal tampak begitu-begitu saja tidak ada yang
berubah atau berganti, bukannya Allah diam tetapi Ia sedang menunggu kita untuk
berharap, menyerahkan diri, dan juga turut bekerja bersamaNya.- Praise The Lord