Pages

Senin, 27 Februari 2017

Benarkah Allah Bekerja?



            Saat kita khawatir kita sedang membatasi pekerjaan Tuhan dalam hidup kita. Saat kita khawatir kita bahkan ingin membuat doa itu seakan-akan mengabulkan keinginan kita bukan kebutuhan kita, yang sebenarnya di kehendaki Tuhan. Tuhan bersabda dalam Matius 6 : 25 – 34 janganlah khawatir....
               Kalau Hari Minggu ini kamu duduk dalam tempat ini, itu bukan semata-mata karena kamu mau, tetapi Tuhan bekerja untuk mendatangkan kamu ke tempat ini untuk mendengarkan firmanNya - Pengkhotbah”

            Sebagai orang baru di suatu kota, Hari Minggu kemarin aku menghadiri sebuah ibadah Minggu di dekat tempat kediamanku. Kata-kata yang kudengar dari perkataan pengkhotbah itu menimbulkan banyak pertanyaan di benakku. Apa benar langkahku yang tidak sengaja ke tempat ini dikehendaki Tuhan? Bukankah ini hanya kebetulan karena aku mendapati gedung gereja ini tak jauh dari tempat kediamanku?

            Kebiasaan untuk menghubungkan kehidupanku dengan tema yang biasa kudengar di dalam ibadah semakin membuatku ragu. Sepertinya Tuhan tidak menghendakiku kesini. Buktinya khotbahnya tidak menyinggungku sama sekali. Sebab saat ini aku sedang tidak mengkhawatirkan sesuatu hal. Aku hanya menunggu dan mempersiapkan diri untuk besok tes kesehatan di tempatku melamar pekerjaan. Malah khotbah yang kubutuhkan sekarang ialah janji Tuhan kepada anakNya termasuk dalam hal pekerjaan. Namun karena kuanggap sudah duduk dalam gedung ibadah, telingaku tetap kusendengkan ke arah pengkhotbah.

***

            Tanpa ragu kulangkahkan kakiku bersama empat orang temanku untuk pergi medical check up. Seperti biasa pemeriksaan meliputi fisik, mata, darah, thoraks, dan urine. Walaupun hari itu tes urineku belum dilaksanakan karena sedang mendapat tamu bulanan, aku tidak khawatir sama sekali. Satu yang aku pegang bahwa Sang Penciptaku sudah menolongku sedari hari pertama di kota perantauan ini.

 ((Dari susahnya meninggalkan rumah hingga akhirnya dibuat terbiasa dengan kehidupan yang sesungguhnya. Dari sulitnya memenuhi kebutuhan sehari-hari hingga akhirnya dibuat Tuhan menjadi terpenuhi. Dari sulitnya hidup sendiri sampai Tuhan menghadirkan orang-orang yang berarti di kehidupan kami. Dari tes kerja pertama hingga sekarang tes terakhir, maka tidak ada alasan bagiku untuk berhenti menyerahkan diri kepadaNya.))

            Sudah tiga hari berlalu sejak tes terakhir dilaksanakan. Satu persatu temanku mendapat panggilan kerja yang akan dimulai enam hari ke depan. Handphoneku saja yang tidak berdering, sebab belum menuntaskan tes kesehatan sebagai prasyarat. Sore di akhir Bulan Februari itu menjadi awal mula kegelisahanku.


         Setelah berpikir enam hari tidak akan mampu mengusir tamu bulananku, kekhawatiranku semakin menjadi. Bagaimana jika aku tidak diterima bekerja karena belum bisa tes urine? Bagaimana jika panggilan kerjaku ditunda sampai bulan depan? Aku harus mencari kerja dimana? Dengan siapa? Sementara kota ini sangat asing bagiku. Apalagi keempat orang yang kutemani merantau sudah sibuk mengurus persiapan masuk kerja. Tuhan aku harus bagaimana? Itu saja yang kupikirkan dalam kekhwatiranku. Seketika itu pula aku teringat isi khotbah Minggu kemarin. Aku sadar, ini yang Tuhan ingin nyatakan dalam kehidupanku. Dan yang terjadi aku benar-benar membatasi pekerjaan Tuhan karena kekhawatiran tidak dapat diterima bekerja di tempat yang sangat kuharapkan.

            Malam ini mungkin aku akan membuat orang tuaku yang jauh di sana tidak bisa tidur. Aku terus mengeraskan hatiku untuk tidak goyah dan terus berpengharapan. Ini belum selesai sebab masih ada enam hari ke depan. Sambil terus bercakap dengan Tuhan aku menanyai semua temanku yang berprofesi bidan mengenai konsumsi yang mampu mempercepat perginya tamu bulanan. Namun hal alami ini memang tidak mampu untuk diperintah berhenti. Aku tahu semua ini terjadi karena kehendak Tuhan. Tidak ada sesuatu yang terjadi kebetulan sebab pena kehidupan Tuhan yang punya. Aku tahu dalam kondisi terberat disitulah Trust dan Surrender yang sesungguhnya.

            Sampai satu hari berlalu dan belum ada panggilan bekerja, aku mencoba bersyukur dan melihat lurus apa yang Tuhan mau dikehidupanku. Mungkin menurut orang ini hal sepele. Mungkin lucu. Tapi bagiku as fresh graduate ini cobaan terbesar di dalam pengharapanku selama enam bulan menanti sebuah pekerjaan. Dari ketegangan itu aku mencoba merelakan. Merelakan walau sebenarnya sedang meminum Vitamin C, rebusan kunyit, air putih segalon, olahraga, bahkan makan buah dan sayur untuk mempercepat tamu bulanan ini hehehe.


            Pada akhirnya aku baru menyadari pekerjaan Tuhan. Dua hari berikutnya “aku dipanggil masuk bekerja bersama dengan temanku yang lain”. Kadang manusia hanya melihat hasil padahal sebenarnya Tuhan mau kita terbentuk dari proses. Bagaimana kita menaruh kekhawatiran di tempat yang tepat sehingga pengharapan dan keyakinan lebih besar dari kegelisahan itu. Aku bersyukur dari lima orang yang tidur bersama di kamar kos yang sama ini Tuhan mengambilku untuk belajar dari setiap kesulitan yang Ia izinkan terjadi untuk mendewasakan iman.

***

         “Kejadian 18 : 1-15 , Bapak Abraham mampu setia selama 24 tahun menanti penggenapan janji Tuhan kuncinya hanya satu Kepekaannya pada Persekutuan dengan Allah. Saat kita peka terhadap kehadiran, kemauan, dan suara Allah maka kita tidak akan pernah ragu untuk jawaban dari janji Tuhan karena kita tahu ia terus bekerja untuk mendatangkan kebaikan dalam hidup anakNya.....
       Waktu Tuhan membuat kita bertumbuh dalam hal spiritualitas coba dinikmati dan jangan terlalu tegang menghadapi hidup. Kadang Tuhan membuat hal sederhana untuk menjadi pelajaran yang luar biasa dalam hidup manusia, kita hanya perlu Peka terhadap apa yang Tuhan lakukan dalam kehidupan kita." - Pengkhotbah

Seolah merasakan indahnya keragaman pelayanan dalam satu tubuh Kristus, hari Minggu berikutnya aku pergi lagi beribadah di tempat ibadah yang berbeda. Ada perkataan Tuhan lagi yang disampaikan padaku, setelah khotbah kekhawatiran sanggup meneguhkanku seminggu kemarin. Rasanya seperti benar-benar Allah menilik sampai ke dalam hatiku. Ini menjadi alasan terbesar aku menulis tentang ini. Bagaimana Tuhan berbicara padaku melalui semua media yang Ia izinkan aku temui.
Pada akhirnya aku menyadari sudah belajar mengenai sesuatu yang luar biasa dari hal sederhana yang Tuhan izinkan terjadi dalam hidupku dan benar ini nyata! Jangan sepelekan hal yang sederhana, sebab hati yang peka mampu mengajarkan kita hal bernilai yang sulit kita dapati jika bukan berasal dari Allah dan diri kita sendiri.



Sekalipun Allah tidak pernah berhenti bekerja dalam kehidupan kita, mungkin kita saja yang kadang berhenti berpengharapan hingga lupa jalan untuk menuju ketenangan. Jikalau semua hal tampak begitu-begitu saja tidak ada yang berubah atau berganti, bukannya Allah diam tetapi Ia sedang menunggu kita untuk berharap, menyerahkan diri, dan juga turut bekerja bersamaNya.- Praise The Lord

sumber gambar : Pinterest Working Women of Faith 


Tidak ada komentar: